Kamis, 29 Desember 2011

Pembelajaran Membaca Untuk SD


Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis, berbicara, dan menyimak dalam berbagai ranah berbahasa. Untuk itu, corak pembelajarannya harus lebih diwarnai dengan kegiatan berbahasa. Demikian pula dalam pembelajaran membaca di Sekolah Dasar, siswa harus lebih banyak dihadapkan dengan berbagai ragam bacaan. Selanjutnya, mereka dapat berkomunikasi dengan gagasan yang dituangkan dalam bahasa tulis tersebut. Berbagai keterampilan membaca harus dilatihkan kepada mereka agar kepemilikan keterampilan itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat betapa pentingnya keterampilan membaca dimiliki oleh siswa, maka guru di Sekolah Dasar perlu memiliki kompetensi yang memadai tentang substansi membaca dan kemampuan mengelola pembelajaran keterampilan membaca. Untuk maksud itulah postingan dalam blog ini ditulis.
Melalui pembacaan dan pembahasan postingan ini, diharapkan Anda akan lebih siap tampil di depan siswa dan melakukan pembelajaran membaca yang fungsional, karena telah mempelajari teori membaca, terampil membaca, dan mampu melaksanakan pembelajaran membaca.

1. Pengertian Membaca

Saya yakin, Anda sudah mengerti tentang apa yang dimaksud membaca. Apa pengertian membaca menurut Anda? Kita dapat diskusikan nanti berbagai pengertian membaca yang Anda berikan. Pada kesempatan ini, saya mengutip secara bebas beberapa pengertian membaca yang saya peroleh melalui pembacaan beberapa buku :

a. Anderson:
Membaca adalah melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.

b. A.S. Broto:
Membaca adalah mengucapkan lambang bunyi.

c. Henry Guntur Tarigan:
Membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan.

d. Poerwodarminto:
Membaca adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya.

Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/atau memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya.

2. Tujuan Membaca

Secara umum, tujuan membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan membaca adalah (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang (Nurhadi, 1987:11).

Lebih lanjut Nurhadi (1987) yang mengutip pendapat Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan membaca adalah :
  1. mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah;
  2. mendapat hasil yang berupa  prestise yaitu agar mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya;
  3. memperkuat nilai pribadi atau keyakinan;
  4. mengganti pengalaman estetika yang sudah usang;
  5. menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu.
Hal menarik diungkapkan oleh Nurhadi (1987) bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan. Artinya, semakin kuat tujuan seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya.

3. Jenis Membaca

Menurut Tarigan (1984:11) jenis membaca tampak seperti pada bagan berikut.
Membaca terdiri atas : a). membaca nyaring dan  b). membaca dalam hati.
Membaca dalam hati, terdiri atas : 1). membaca ekstensif  dan 2). membaca intensif.
Membaca Ekstensif, terdiri atas :  membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal.
Membaca Intensif : membaca telaah isi, membaca telaah bahasa.
Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide.
Membaca Telaah Bahasa : membaca bahasa, membaca sastra.

Karena alasan kepraktisan dan keterbatasan yang ada, tidak semua jenis membaca tersebut akan dibahas dalam postingan ini. Postingan kali ini hanya akan membahas jenis membaca nyaring (bersuara), membaca ekstensif, membaca intensif untuk membaca pemahaman dan membaca kritis, dan membaca cepat :

a. Membaca Nyaring

Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu sendiri. Di samping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah, bergembira, dan suasana lainnya. Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda pada bagian-bagian yang dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang bernada biasa.

Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si Pembaca bertanggung jawab dalam hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan, suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi bacaan, karena mereka ini di pihak yang berkepentingan dengan kegiatan pembaca.

b. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.
Sebagai ilustrasi, ketika Anda mengunjungi perpustakaan atau toko buku, Anda tentu tidak hanya terpaku pada satu buku. Yang Anda lakukan mungkin membuka-buka buku, membaca sampul, dan daftar isinya, kemudian berpindah pada buku lainnya. Tindakan yang Anda lakukan tersebut termasuk membaca  ekstensif.
Membaca ekstensif, seperti tampak pada bagan jenis membaca di muka, meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Ketiga jenis membaca ekstensif tersebut diuraikan secara singkat di bawah ini.

Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bacaan. Membaca survei merupakan kegiatan membaca, seperti melihat judul, pengarang, daftar isi, pengantar, dan lain-lain.

Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat. Membaca sekilas disebut juga skimming, yakni kegiatan membaca secara cepat dan selektif serta bertujuan. Istilah lain membaca sekilas adalah membaca layap, yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam membaca cepat.

Membaca dangkal adalah kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya merupakan jenis bacaan ringan karena membaca dangkal hanyalah untuk mencari kesenangan atau sekadar mengisi waktu.

c. Membaca Intensif

Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.
Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra :

1) Membaca Pemahaman

Membaca pemahan merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman adalah:

(a)   memiliki kosa kata yang banyak;
(b)   memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana;
(c)    memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang;
(d)   memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian;
(e)   memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996).

2)  Membaca Kritis

Kalau seseorang membaca suatu bacaan, lalu ia mempertanyakan, “Mengapa penulis berpendapat demikian, apa maksudnya, dan sebagainya”. Berarti orang itu telah bersikap kritis terhadap bacaan dan penulisnya.
Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Nurhadi (1987) menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.

(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan
(a) mengenali ide pokok paragraf;
(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya;
(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf;
(d) menyatakan kembali fakta bacaan;
(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.

(2) Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:
(a) menafsirkan ide pokok paragraf;
(b) menafsirkan gagasan utama bacaan;
(c) membedakan fakta/detail bacaan;
(d) menafsirkan ide-ide penunjang;
(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat;
(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:
(a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;
(b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis;
(c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.

(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan:
(a) memeriksa gagasan utama bacaan;
(b) memeriksa detail/fakta penunjang;
(c) mengklasifikasikan fakta-fakta;
(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan;
(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:
(a) membuat simpulan bacaan;
(b) mengorganisasikan  gagasan utama bacaan;
(c) menentukan tema bacaan;
(d) menyusun kerangka bacaan;
(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;
(f) membuat ringkasan.

(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:
(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan;
(b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;
(c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi pengarang;
(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;
(e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat;
(f)  menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya.

d. Membaca Cepat

Di layar televisi, misalnya pada film yang tidak dialihsuarakan, tertera teks dialog para tokoh. Sebagai penonton, Anda harus membaca secara cepat karena teks tersebut cepat berlalu dan berganti dengan teks dialog lainnya. Dengan melakukan aktivitas seperti itu, Anda telah melakukan membaca cepat. Anda tidak sekedar membaca kata dan kalimat teks yang tampil, tetapi juga memahaminya. Selain itu, Anda juga mencoba menghubung-hubungkan dialog para tokoh sehingga pemahaman isi cerita Anda capai. Dengan demikian jelas bahwa dalam membaca cepat, Anda tidak hanya membaca secara cepat bahan bacaan, melainkan juga berupaya untuk memahaminya.

Pada masa kini, orang harus bisa  membaca secara cepat. Kalau kita tidak ingin tertinggal dalam meraih informasi. Kepemilikan keterampilan membaca cepat juga sangat diperlukan bagi siswa. Dengan mampu membaca cepat berarti informasi dan pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak.  Kegiatan membaca pun akan menjadi hal yang mengasyikkan. Siswa Sekolah Dasar seharusnya dapat membaca minimal 150 kata per menit.

Untuk menghitung kecepatan membaca dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh baca. Rumusnya sebagai berikut:

jumlah kata yang dibaca
waktu tempuh baca            = kata/menit
Misalnya, sebuah wacana yang berjumlah 300 kata dapat dibaca dalam waktu 2 menit, berarti kecepatan membacanya adalah 150 kata per menit.

Membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara cepat disertai dengan pemahaman isi bacaan. Setiap pembaca mempunyai kecepatan efektif membaca (KEM) atau yang sering disebut juga dengan kemampuan membaca. KEM seseorang akan sangat bergantung pada kecepatan membaca (KM) dan pemahaman isi (PI) atau kemampuan pembaca memahami isi bacaan. Untuk mengetahui kecepatan efektif membaca seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus ini:

jumlah kata yang dibaca
waktu tempuh baca            x persentase pemahaman isi = kata/menit

Untuk menghitung KEM siswa, guru harus mengetahui pemahaman isi bacaan siswa melalui tes isi bacaan. Contoh, seorang siswa mampu membaca 300 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawab 3 buah pertanyaan isi bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya KEM siswa tersebut adalah 150 x 60% = 90 kpm (kata per menit).

4. Teknik Membaca

Kecepatan membaca dapat ditingkatkan dengan cara mengetahui dan berlatih dengan teknik membaca yang tepat. Teknik yang akan disampaikan dalam bahan ajar ini adalah membaca sekilas (skimming) dan membaca memindai (scanning), dan SQ3R.

1) Teknik Membaca Sekilas (Skimming)

Teknik ini dilakukan pada saat orang membaca ekstensif. Bila Anda akan mencari sebuah buku di perpustakaan, mengenali isi buku secara cepat dengan cara membuka daftar isi, membaca kata pengantar, atau halaman sampul belakang, Anda hendaknya melakukan skimming.

Dalam menghadapi sebuah bacaan, Anda harus memperlakukannya sesuai dengan maksud Anda. Jika fakta dan detail tidak Anda perlukan, lompati bagian tersebut. Cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok ini disebut skimming.

Skimming bukan sekadar menyapu halaman buku, melainkan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk mendapatkan berbagai tujuan, misalnya:
(a)   mengenali topik bacaan;
(b)   mengetahui pendapat orang;
(c)    mendapatkan bagian penting yang kita operlukan tanpa membaca seluruhnya;
(d)   mengetahui organisasi tulisan, urutan ide pokok;
(e)   penyegaran.

Langkah-langkah membaca sekilas sebagai berikut.
(a)   Pertanyakan dulu, “Apa yang akan Anda cari dari buku ini?”
(b)   Baca daftar isi atau kata pengantar!
(c)    Telusuri dengan kecepatan pada judul, subjudul, bab, dan anak bab!
(d)   Berhentilah ketika Anda menemukan bagian yang dicari!
(e)   Baca dengan kecepatan normal dan pahami!

2) Teknik Membaca Memindai (Scanning)

Anda tentu pernah mencari nomor telepon di buku “Petunjuk Telepon”? Bagaimana cara Anda? Tentunya, Anda tidak perlu membuka halaman pertama dan seterusnya. Pasti Anda langsung ke inisial nama pemilik telepon, misalnya ma. Mata dan telunjuk Anda bergerak cepat hingga sampai pada Masturi.

Kemudian, Anda mengecek alamat Masturi sesuai dengan informasi yang Anda miliki. Dari situ, Anda dapat menemukan nomor telepon, misalnya 663885.

Kegiatan serupa juga berlaku pada waktu Anda mencari kata dalam kamus, mencari acara siaran TV di koran, lokasi kota dalam atlas, peta, denah, dan sebagainya. Anda hendaknya juga melakukan membaca memindai (scanning). Nah, apa sebenarnya scanning itu dan bagaimana caranya?

Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain. Jadi, langsung ke masalah yang Anda cari, yakni fakta khusus atau informasi tertentu. Kegiatan ini harus dilakukan secara cepat dan akurat.

3) Teknik SQ3R

Dua teknik membaca yang diungkap di atas lazimnya digunakan dalam membaca cepat. Berikut ini, kita akan membahas teknik SQ3R yang biasa dipakai dalam membaca pemahaman.

SQ3R merupakan teknik membaca yang terdiri atas lima langkah: Survey, Question, Read, Recite, dan Review. Secara lengkap tapi singkat kelima langkah dalam SQ3R dijelaskan berikut ini.

Langkah 1: S-Survey.
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membaca secara lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum. Anda bisa melihat-lihat judul, subjudul, dan sebagainya.

Langkah 2: Q-Question.
Pada saat survey, Anda juga dapat mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya. Anda bisa menggunakan kata siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana.

Langkah 3: R-Read.
Setelah melakukan survey dan mengajukan pertanyaan, barulah Anda membaca keseluruhan bahan bacaan. Jadi, membaca merupakan langkah ketiga. Baca bagian demi bagian sambil Anda mencari jawaban atas pertanyaan yang telah Anda lakukan pada langkah ke-2. Pada tahap ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokok dan detail penting.

Langkah 4: R-Recite. Setiap selesai membaca subjudul, berhentilah sejenak. Coba jawab pertanyaan atau sebutkan hal-hal penting bagian tersebut. Bila perlu, buat catatan seperlunya. Bila belum paham, ulangi membaca bagian tersebut sekali lagi.

Langkah 5: R-Review.
Setelah selesai membaca seluruh bahan. Ulangi untuk menelusuri kembali judul, subjudul, dan bagian-bagian penting lainnya. Langkah ini berguna untuk membantu daya ingat, memperjelas pemahaman, dan juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang terlewatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar