Kamis, 29 Desember 2011

Mengenal Karya Sastra Angkatan '45

Perjuangan bangsa yang mencapai titik puncak pada Proklamasi 17 Agustus 1945 beserta gejolak politik yang mengawali maupun mengikutinya, memberi pengaruh sangat besar pada corak sastra. Kuatnya corak karya sastra angkatan '45 tersebut begitu fenomenal sehingga membedakannya dari sastra angkatan sebelumnya, dan dijuluki sastra kemerdekaan. Karya sastra angkatan '45 seolah memberi nafas dan semangat baru dalam dunia Sastra Indonesia.

Latar belakang perubahan politik yang sangat mendadak pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) menjadi awal kelahiran Karya Sastra Angkatan '45. Berawal dari reaksi terhadap sastra yang menghamba pada pemerintahan Jepang di Indonesia, dan beberapa sastrawan di Indonesia bergabung dalam lembaga "Keimin Bunka Shidosho", pusat kebudayaan yang dijuluki "kacung Jepang".

Kehadiran angkatan '45 serta karya sastra angkatan'45 meletakan pondasi kokoh bagi karya sastra Indonesia, karena angkatan sebelumnya dinilai tidak memiliki jati diri ke-Indonesiaan. Jika Angkatan Balai Pustaka dinilai tunduk pada "Volkslectuur", lembaga kesusastraan kolonial Belanda, dan Angkatan Pujangga Baru dinilai mengkhianati identitas bangsa karena terlalu berkiblat ke Barat, maka Angkatan '45 dan karya sastra Angkatan '45 adalah reaksi penolakan terhadap angkatan-angkatan tersebut.

Sebagai salah satu hasil dari pergolakkan, karya sastra Angkatan '45 menjadi sebuah karya sastra yang lahir dengan identitas baru yang penuh kontroversial. Kehadirannya sebagai pendobrak nilai-nilai serta aturan-aturan sastra terdahulu mau tidak mau memosisikannya sebagai pusat perhatian para sastrawan.

Genre sastra atau gaya bersastra yang telah dipertahankan sekian lama, pada akhirnya harus "didobrak" dan diganti dengan gaya penciptaan sebuah karya sastta yang baru. Sebuah karya sastra Angkatan '45 yang kemudian seolah menjadi gaya sastra generasi terbaru.

Para sastrawan yang bergerak atau tokoh penggerak karya sastra Angkatan '45 adalah mereka yang menaruh perhatian besar pada karya sastra Indonesia. Mereka seolah ingin lepas dari pengaruh asing yang saat itu masih sangat kuat mempengaruhi.

Karya SastraAgkatan '45 dan Surat Kepercayaan Gelanggang

Karya sastra Angkatan '45 begitu fenomenal dengan konsep seni yang menabrak pakem sebelumnya. Konsep tersebut tertuang dalam "Surat Kepercayaan Gelanggang" yang legendaris itu, berikut kutipannya :

"Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan duni dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri.

Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan.
Ke-Indonesia kami tidak semata-mata karna kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok ke depan, tapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati kami.

Kami tidak akan memberikan suatu kata ikatan atau kebudayaan Indonesia. Kalau kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia kami tidak ingin kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkiblat dan untuk dibanggakan, tetapi mereka memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat."

Kalau diperhatikan, konsep seni dari karya sastra  Angkatan '45 mencita-citakan kemerdekaan.dan tidak ingin dipengaruhi oleh pihak lain. Sastrawan Angkatan '45 ingin berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Tak bisa dipungkiri, untuk kondisi politik masa itu, konsep semacam ini terbilang sangat berani.

Ciri Karya Sastra Angkatan '45

Karya Sastra Angkatan '45 memiliki kedekatan yang intim dengan realitas politik. Ini sangat berbeda dengan Karya Sastra Angkatan Pujangga Baru yang cenderung romantik-idealistik. Lahir dalam lingkungan yang sangat keras dan memprihatinkan, karya sastra Angkatan '45 memiliki ciri sebagai berikut :
  1. Terbuka.
  2. Pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya.
  3. Bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis.
  4. Sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya.
  5. Dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya.
  6. Penghematan kata dalam karya.
  7. Lebih ekspresif dan spontan.
  8. Telihat sinisme dan sarkasme.
  9. Didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang.
Karya Sastra Angkatan '45 dan Tokoh-tokoh Penggeraknya

Beberapa sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan '45, mereka adalah pencipta dari karya sastra Angkatan '45 yang begitu fenomenal di dunia sastra. Mereka adalah :

1. Tokoh di Baliknya Karya Sastra Angkatan '45 : Chairil Anwar

        Tokoh pertama dibalik karya sastra Angkatan '45 adalah lelaki ini. Lahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal  di Jakarta, 28 April 1949. Chairil Anwar menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan Bahasa Jerman. Karya sastranya dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang dia gandrungi seperti, Rainer M. Rilke, W.H Auden, Archibald Macleish, H. Marsman, J.Slaurhoff dan Edgar du Perron.

2. Tokoh di Baliknya Karya Sastra Angkatan '45 : Asrul Sani

     
         Tokoh kedua dibalik karya sastra Angkatan '45 adalah Asrul Sani. Lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta 11 Januari 2004. Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya sastra dunia seperti : Vercors, Antoine de St-Exupery, Richard Boleslavsky, Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.

3. Tokoh di Baliknya Karya Sastra Angkatan '45 : Rivai Apin

          Lahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995. Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru. Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan pada tahun 1979. Karya sastra Angkatan '45 miliknya pun menjadi pelengkap karya sastra Angkatan '45 lainnya.

4. Tokoh di Baliknya Karya Sastra Angkatan '45 : Idrus

       
          Lahir di Padang, 21 September 1921, dan meninggal pada 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia sukai adalah : Anton Cekov, Jaroslov Hask, dan Guy de Maupassant. Pada masa Lekra, Idrus memutuskan pindah ke Malaysia karena tekanan lembaga tersebut. Namanya mungkin tidak seterkenal Chairil Anwar, namun karya sastra milinya tetap menjadi bagian dari karya sastra Angkatan '45.


5. Tokoh di Baliknya Karya Sastra Angkatan '45 : Achdiat Karta Mihardja


           Lahir di Jawa Barat, 06 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia 08 Juli 2010. Selain sebagai seniman pencipta karya sastra Angkatan '45, beliau juga berkiprah sebagai guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakutas Sastra UI.

6. Tokoh di Baliknya Karya Sastra Angkatan '45 : Trisno Sumardjo

       
             Tokoh selanjutnyadibalik cerita kefenomenalannya karya sastra Angkatan '45 adalah Trisno Sumardjo. Lahir pada tahun 1916, dan meninggal pada 21 April 1969. Selain sebagai sastarawan, beliau dikenal juga sebagai pelukis.

7.  Tokoh di Baliknya Karya Sastra Angkatan '45 : Utuy Tatang Sontani


            Lahir di Cianjur, 01 Mei 1920, dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia adalah utusan dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashken, Uzbekistan, 1958. Tokoh pencipta karya sastra Angkatan '45 ini mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa.

8.  Tokoh di Baliknya Karya Sastra Angkatan '45 : Soeman Hs


             Soeman Hasibuan lahir di Bengkalis Riau, 04 April 1904, meninggal di Pekanbaru Riau, 08 Mei 1999 pada umur 95 tahun atau lebih di kenal dengan nama Soeman Hs adalah seorang Sastrawan dari Riau asal Tapanuli. Suman Hs menggemari sastra ketika ia masih belajardi Sekolah Melayu dan memperoleh inspirasi dengan banyak membaca buku di perpustakaan. Akhirnya Soeman Hs memberanikan diri untuk memulai menulis di beberapa majalah dan harian.

Karya Sastra Angkatan '45

Beberapa karya sastra Angkatan '45 yang dihasilkan oleh mereka sastrawan angkatan '45, diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Kerikil Tajam (Chairil Anwar, 1949).
  2. Deru Tjampur Debu (Chairil Anwar, 1949).
  3. Tiga Menguak Takdir (Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar, 1950).
  4. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus, 1948).
  5. Atheis (Achdiat Karta Mihardja, 1949).
  6. Suling (Utuy Tatang Sontani, 1948).
  7. Tambera (Utuy Tatang Sontani, 1949).
  8. Kasih Ta' Terlarau (Soeman Hs, 1961).

Belajar Membaca Pemulaan Melalui Permainan Untuk Kelas Rendah di SD


Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.

Membaca merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Keempat aspek tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) ketrampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi ketrampilan membaca dan menyimak, (2) ketrampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi ketrampilan menulis dan berbicara (Muchlisoh, 1992: 119).

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Ketrampilan membaca sebagai salah satu ketrampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. oLeh karena itu, peranan pengajaran Bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1990). Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.

Ketrampilan membaca dan menulis, khususnya ketrampilan membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena ketrampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. 

Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelaskelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan, sedangkan di kelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.

Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995:4). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan ketrampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli.

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN

Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). 

Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan.

PEMBELAJARAN MEMBACA MELALUI PERMAINAN BAHASA

Belajar konstrultivisme mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam kepala pebelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Ini berarti bahwa penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secaraefektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Dengan demikian proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa (Semiawan, 2002:5).

Dalam hal ini guru tidak hanya sekedar melaksanakan apa yang ada dalam kurikulum, melainkan harus dapat menginterpretasi dan mengembangakn kurikulum menjadi bentuk pembelajaran yang menarik. Pembelajaran dapat menarik apabila guru memiliki kreativitas dengan memasukkan aktivitas permainan ke dalam aktivtas belajar siswa. Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya ketrpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat agak santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang (Rubin, 1993 dalam Rofi’uddin, 2003).

Permainan dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran dan perkembangan masa kanak-kanak awal. Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga guru dapat membangun kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas (1) perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan, (2) pengorganisasian, dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa, (3) pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran yang diinginkan, dan (4) assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada perencanaan (Wood, 1996:87).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategibermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata (Rose and Roe, 1990).

Dalam pembelajaran membaca teknis menurut Mackey (dalam Rofi’uddin, 2003:44) guru dapat menggunakan strategi permainan membaca, misalnya cocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu, baca dan berbuat dan sebagainya. Kartu-kartu kata maupun kalimat digunakan sebagai media dalam permainan kontes ucapan. Para siswa diajak bermain dengan mengucapkan atau melafalkan kata-kata yang tertulis pada kartu kata. Pelafalan kata-kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk pelafalan kalimat bahasa Indonesia. Yang dipentingkan dalam latihan ini adalah melatih siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (vokal, konsonan, dialog, dan cluster) sesuai dengan daerah artikulasinya (Hidayat dkk, 1980).

Untuk memilih dan menentukan jenis permainan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas, guru perlu mempertimbangkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kondisi siswa maupun sekolah. Dalam tujuan pembelajaran, guru dapat mengembangkan salah satu aspek kognitif, psikomotor atau sosial atau memadukan berbagai aspek tersebut. Guru juga perlu mempertimbangkan materi pembelajaran, karena bentuk permainan tertentu cocok untuk materi tertentu. Misalnya, untuk ketrampilan berbicara guru dapat menyediakan jenis permainan dua boneka, karena dengan permainan ini dapat mendorong siswa berani tampil secara ekspresif.

Dibawah ini merupakan rekomendasi media pembelajaran untuk Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, khususnya untuk kelas rendah yang baru memulai belajar untuk membaca. Semoga anda dapat terinspirasi dari cuplikan tersebut dalam menyampaikan materi di kelas rendah dengan metode menyenangkan, dan pesan pembelajaran tersebut dapat tersampaikan.



Pembelajaran Membaca Untuk SD


Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis, berbicara, dan menyimak dalam berbagai ranah berbahasa. Untuk itu, corak pembelajarannya harus lebih diwarnai dengan kegiatan berbahasa. Demikian pula dalam pembelajaran membaca di Sekolah Dasar, siswa harus lebih banyak dihadapkan dengan berbagai ragam bacaan. Selanjutnya, mereka dapat berkomunikasi dengan gagasan yang dituangkan dalam bahasa tulis tersebut. Berbagai keterampilan membaca harus dilatihkan kepada mereka agar kepemilikan keterampilan itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat betapa pentingnya keterampilan membaca dimiliki oleh siswa, maka guru di Sekolah Dasar perlu memiliki kompetensi yang memadai tentang substansi membaca dan kemampuan mengelola pembelajaran keterampilan membaca. Untuk maksud itulah postingan dalam blog ini ditulis.
Melalui pembacaan dan pembahasan postingan ini, diharapkan Anda akan lebih siap tampil di depan siswa dan melakukan pembelajaran membaca yang fungsional, karena telah mempelajari teori membaca, terampil membaca, dan mampu melaksanakan pembelajaran membaca.

1. Pengertian Membaca

Saya yakin, Anda sudah mengerti tentang apa yang dimaksud membaca. Apa pengertian membaca menurut Anda? Kita dapat diskusikan nanti berbagai pengertian membaca yang Anda berikan. Pada kesempatan ini, saya mengutip secara bebas beberapa pengertian membaca yang saya peroleh melalui pembacaan beberapa buku :

a. Anderson:
Membaca adalah melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.

b. A.S. Broto:
Membaca adalah mengucapkan lambang bunyi.

c. Henry Guntur Tarigan:
Membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan.

d. Poerwodarminto:
Membaca adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya.

Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/atau memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya.

2. Tujuan Membaca

Secara umum, tujuan membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan membaca adalah (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang (Nurhadi, 1987:11).

Lebih lanjut Nurhadi (1987) yang mengutip pendapat Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan membaca adalah :
  1. mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah;
  2. mendapat hasil yang berupa  prestise yaitu agar mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya;
  3. memperkuat nilai pribadi atau keyakinan;
  4. mengganti pengalaman estetika yang sudah usang;
  5. menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu.
Hal menarik diungkapkan oleh Nurhadi (1987) bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan. Artinya, semakin kuat tujuan seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya.

3. Jenis Membaca

Menurut Tarigan (1984:11) jenis membaca tampak seperti pada bagan berikut.
Membaca terdiri atas : a). membaca nyaring dan  b). membaca dalam hati.
Membaca dalam hati, terdiri atas : 1). membaca ekstensif  dan 2). membaca intensif.
Membaca Ekstensif, terdiri atas :  membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal.
Membaca Intensif : membaca telaah isi, membaca telaah bahasa.
Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide.
Membaca Telaah Bahasa : membaca bahasa, membaca sastra.

Karena alasan kepraktisan dan keterbatasan yang ada, tidak semua jenis membaca tersebut akan dibahas dalam postingan ini. Postingan kali ini hanya akan membahas jenis membaca nyaring (bersuara), membaca ekstensif, membaca intensif untuk membaca pemahaman dan membaca kritis, dan membaca cepat :

a. Membaca Nyaring

Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu sendiri. Di samping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah, bergembira, dan suasana lainnya. Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda pada bagian-bagian yang dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang bernada biasa.

Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si Pembaca bertanggung jawab dalam hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan, suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi bacaan, karena mereka ini di pihak yang berkepentingan dengan kegiatan pembaca.

b. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.
Sebagai ilustrasi, ketika Anda mengunjungi perpustakaan atau toko buku, Anda tentu tidak hanya terpaku pada satu buku. Yang Anda lakukan mungkin membuka-buka buku, membaca sampul, dan daftar isinya, kemudian berpindah pada buku lainnya. Tindakan yang Anda lakukan tersebut termasuk membaca  ekstensif.
Membaca ekstensif, seperti tampak pada bagan jenis membaca di muka, meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Ketiga jenis membaca ekstensif tersebut diuraikan secara singkat di bawah ini.

Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bacaan. Membaca survei merupakan kegiatan membaca, seperti melihat judul, pengarang, daftar isi, pengantar, dan lain-lain.

Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat. Membaca sekilas disebut juga skimming, yakni kegiatan membaca secara cepat dan selektif serta bertujuan. Istilah lain membaca sekilas adalah membaca layap, yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam membaca cepat.

Membaca dangkal adalah kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya merupakan jenis bacaan ringan karena membaca dangkal hanyalah untuk mencari kesenangan atau sekadar mengisi waktu.

c. Membaca Intensif

Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.
Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra :

1) Membaca Pemahaman

Membaca pemahan merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman adalah:

(a)   memiliki kosa kata yang banyak;
(b)   memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana;
(c)    memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang;
(d)   memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian;
(e)   memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996).

2)  Membaca Kritis

Kalau seseorang membaca suatu bacaan, lalu ia mempertanyakan, “Mengapa penulis berpendapat demikian, apa maksudnya, dan sebagainya”. Berarti orang itu telah bersikap kritis terhadap bacaan dan penulisnya.
Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Nurhadi (1987) menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.

(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan
(a) mengenali ide pokok paragraf;
(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya;
(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf;
(d) menyatakan kembali fakta bacaan;
(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.

(2) Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:
(a) menafsirkan ide pokok paragraf;
(b) menafsirkan gagasan utama bacaan;
(c) membedakan fakta/detail bacaan;
(d) menafsirkan ide-ide penunjang;
(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat;
(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:
(a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;
(b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis;
(c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.

(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan:
(a) memeriksa gagasan utama bacaan;
(b) memeriksa detail/fakta penunjang;
(c) mengklasifikasikan fakta-fakta;
(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan;
(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:
(a) membuat simpulan bacaan;
(b) mengorganisasikan  gagasan utama bacaan;
(c) menentukan tema bacaan;
(d) menyusun kerangka bacaan;
(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;
(f) membuat ringkasan.

(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:
(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan;
(b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;
(c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi pengarang;
(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;
(e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat;
(f)  menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya.

d. Membaca Cepat

Di layar televisi, misalnya pada film yang tidak dialihsuarakan, tertera teks dialog para tokoh. Sebagai penonton, Anda harus membaca secara cepat karena teks tersebut cepat berlalu dan berganti dengan teks dialog lainnya. Dengan melakukan aktivitas seperti itu, Anda telah melakukan membaca cepat. Anda tidak sekedar membaca kata dan kalimat teks yang tampil, tetapi juga memahaminya. Selain itu, Anda juga mencoba menghubung-hubungkan dialog para tokoh sehingga pemahaman isi cerita Anda capai. Dengan demikian jelas bahwa dalam membaca cepat, Anda tidak hanya membaca secara cepat bahan bacaan, melainkan juga berupaya untuk memahaminya.

Pada masa kini, orang harus bisa  membaca secara cepat. Kalau kita tidak ingin tertinggal dalam meraih informasi. Kepemilikan keterampilan membaca cepat juga sangat diperlukan bagi siswa. Dengan mampu membaca cepat berarti informasi dan pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak.  Kegiatan membaca pun akan menjadi hal yang mengasyikkan. Siswa Sekolah Dasar seharusnya dapat membaca minimal 150 kata per menit.

Untuk menghitung kecepatan membaca dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh baca. Rumusnya sebagai berikut:

jumlah kata yang dibaca
waktu tempuh baca            = kata/menit
Misalnya, sebuah wacana yang berjumlah 300 kata dapat dibaca dalam waktu 2 menit, berarti kecepatan membacanya adalah 150 kata per menit.

Membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara cepat disertai dengan pemahaman isi bacaan. Setiap pembaca mempunyai kecepatan efektif membaca (KEM) atau yang sering disebut juga dengan kemampuan membaca. KEM seseorang akan sangat bergantung pada kecepatan membaca (KM) dan pemahaman isi (PI) atau kemampuan pembaca memahami isi bacaan. Untuk mengetahui kecepatan efektif membaca seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus ini:

jumlah kata yang dibaca
waktu tempuh baca            x persentase pemahaman isi = kata/menit

Untuk menghitung KEM siswa, guru harus mengetahui pemahaman isi bacaan siswa melalui tes isi bacaan. Contoh, seorang siswa mampu membaca 300 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawab 3 buah pertanyaan isi bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya KEM siswa tersebut adalah 150 x 60% = 90 kpm (kata per menit).

4. Teknik Membaca

Kecepatan membaca dapat ditingkatkan dengan cara mengetahui dan berlatih dengan teknik membaca yang tepat. Teknik yang akan disampaikan dalam bahan ajar ini adalah membaca sekilas (skimming) dan membaca memindai (scanning), dan SQ3R.

1) Teknik Membaca Sekilas (Skimming)

Teknik ini dilakukan pada saat orang membaca ekstensif. Bila Anda akan mencari sebuah buku di perpustakaan, mengenali isi buku secara cepat dengan cara membuka daftar isi, membaca kata pengantar, atau halaman sampul belakang, Anda hendaknya melakukan skimming.

Dalam menghadapi sebuah bacaan, Anda harus memperlakukannya sesuai dengan maksud Anda. Jika fakta dan detail tidak Anda perlukan, lompati bagian tersebut. Cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok ini disebut skimming.

Skimming bukan sekadar menyapu halaman buku, melainkan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk mendapatkan berbagai tujuan, misalnya:
(a)   mengenali topik bacaan;
(b)   mengetahui pendapat orang;
(c)    mendapatkan bagian penting yang kita operlukan tanpa membaca seluruhnya;
(d)   mengetahui organisasi tulisan, urutan ide pokok;
(e)   penyegaran.

Langkah-langkah membaca sekilas sebagai berikut.
(a)   Pertanyakan dulu, “Apa yang akan Anda cari dari buku ini?”
(b)   Baca daftar isi atau kata pengantar!
(c)    Telusuri dengan kecepatan pada judul, subjudul, bab, dan anak bab!
(d)   Berhentilah ketika Anda menemukan bagian yang dicari!
(e)   Baca dengan kecepatan normal dan pahami!

2) Teknik Membaca Memindai (Scanning)

Anda tentu pernah mencari nomor telepon di buku “Petunjuk Telepon”? Bagaimana cara Anda? Tentunya, Anda tidak perlu membuka halaman pertama dan seterusnya. Pasti Anda langsung ke inisial nama pemilik telepon, misalnya ma. Mata dan telunjuk Anda bergerak cepat hingga sampai pada Masturi.

Kemudian, Anda mengecek alamat Masturi sesuai dengan informasi yang Anda miliki. Dari situ, Anda dapat menemukan nomor telepon, misalnya 663885.

Kegiatan serupa juga berlaku pada waktu Anda mencari kata dalam kamus, mencari acara siaran TV di koran, lokasi kota dalam atlas, peta, denah, dan sebagainya. Anda hendaknya juga melakukan membaca memindai (scanning). Nah, apa sebenarnya scanning itu dan bagaimana caranya?

Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain. Jadi, langsung ke masalah yang Anda cari, yakni fakta khusus atau informasi tertentu. Kegiatan ini harus dilakukan secara cepat dan akurat.

3) Teknik SQ3R

Dua teknik membaca yang diungkap di atas lazimnya digunakan dalam membaca cepat. Berikut ini, kita akan membahas teknik SQ3R yang biasa dipakai dalam membaca pemahaman.

SQ3R merupakan teknik membaca yang terdiri atas lima langkah: Survey, Question, Read, Recite, dan Review. Secara lengkap tapi singkat kelima langkah dalam SQ3R dijelaskan berikut ini.

Langkah 1: S-Survey.
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membaca secara lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum. Anda bisa melihat-lihat judul, subjudul, dan sebagainya.

Langkah 2: Q-Question.
Pada saat survey, Anda juga dapat mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya. Anda bisa menggunakan kata siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana.

Langkah 3: R-Read.
Setelah melakukan survey dan mengajukan pertanyaan, barulah Anda membaca keseluruhan bahan bacaan. Jadi, membaca merupakan langkah ketiga. Baca bagian demi bagian sambil Anda mencari jawaban atas pertanyaan yang telah Anda lakukan pada langkah ke-2. Pada tahap ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokok dan detail penting.

Langkah 4: R-Recite. Setiap selesai membaca subjudul, berhentilah sejenak. Coba jawab pertanyaan atau sebutkan hal-hal penting bagian tersebut. Bila perlu, buat catatan seperlunya. Bila belum paham, ulangi membaca bagian tersebut sekali lagi.

Langkah 5: R-Review.
Setelah selesai membaca seluruh bahan. Ulangi untuk menelusuri kembali judul, subjudul, dan bagian-bagian penting lainnya. Langkah ini berguna untuk membantu daya ingat, memperjelas pemahaman, dan juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang terlewatkan.

Selasa, 20 Desember 2011

Introduction About Me

HerLina YuniarTi

Nama              :  Herlina Yuniarti
Nick name      :  eLin
Asal                : Cibitung, Bekasi, Jawa Barat
NIM                : 0903381
Kelas              : 3 Bahasa

Alamat blog  
  1. 0903381@blogspot.com
  2. chgpalina.blogspot.com
Alamat fb        : alina.cancergirl@gmail.com
Alamat Twitt   : alina.cancergirl@gmail.com
Alamat e-mail

  1. 0903381@gmail.com 
  2. alina.cancergirl@gmail.com